Aroma desa yang khas dengan kekentalan kekerabatan yang masih alami dibandingkan kehidupan urban masyarakat kota yang penuh individualistik. Apalagi kala disambut tangis haru dan peluk cium dari sanak keluarga. Sejatinya mudik Idul Fitri sebagai implementasi dari kegembiraan dan jangan pula dirayakan secara berlebih-lebihan dan terkesan sombong. Sebab ada juga sebagian para pemudik yang ketika pulang sengaja memamerkan kemewahan seperti mobil baru dan barang-barang bawaan lainnya yang terkadang bisa menimbulkan kecemburuan sosial dari warga desa.
Idul Fitri memang untuk meraih kemenangan setelah selama sebulan penuh berpuasa. Namun semangat untuk berbagi kepada sesama dalam bentuk kesalehan sosial, sejatinya tetap harus dikedepankan. Sehingga ada harmonisasi antara keduanya; menjaga hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan menjaga hubungan baik dengan manusia (hablum minannas). Itulah esensi mudik yang saat ini telah banyak tereduksi oleh hal-hal di luar keduanya.
Tapi Pandemi ini memang membatasi kita untuk saling bertemu, mengucapkan salam, dan saling bermaaf-maafan. Tapi, Alhamdulillah kita di Aceh tidak jadi dibatasi untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara antar kabupaten,namun tetap waspada dan mematuhi peraturan kesehatan yang berlaku agar selamat dari wabah tha'un virus Covid-19 dengan tidak berkerumunan apa lagi yang berbau maksiat, selalu berwudhu dan juga jangan lupa berdoa agar Allah angkat kan virus ini.
Nah, di zaman teknologi ini, pandemi tak boleh mengalahkan semangat untuk bersilaturahmi dan saling mengucap maaf. jika kalian tidak bisa pulang kampung karena tinggal di luar provinsi maka cukup melalui daring untuk melihat orang tua dan sanak saudara, ucapkan salam lebaran sebagai bentuk silaturahmi dan melepas kerinduan.
Kita boleh berpikir sebab mempunyai kebebasan berpendapat namun soal kesehatan kita perlu menjaganya, sebab jika kita tak maksimal meyayangi diri kita sendiri siapa lagi, dan kita tidak tahu bahwa ditubuh kita sudah terinfeksi virus maka kita perlu was was supaya pribadi kita dan keluarga kita tetap terjaga, namun dari pada itu tetap berdoa kepada Allah agar wabah ini dihilangkan serta amar makruf nahi munkar.
Kita juga tidak menginginkan seperti berita di India, yang mana kasus kematian meningkat setiap harinya dan ini benar benar harus kita jaga.
Akhir kata, penulis mewakili segenap Pengurus Besar ( PB-AMB ) Bireuen mengucapkan Minal Aidin wal Faizin mohon maaf lahir dan batin, selamat menyambut hari raya idul Fitri 1442 H.
Pimpinan Tgk. Fakhrul Hadi
Ketum ukhti Zaitun
Waketum ukhti Desi
Sekjen ukhti Nurlela
Bendahara Bunda Fazira
OPIN
Penulis : Tgk.Fakhrul Hadi, Pimpinan Akhwat Madani Bireuen (AMB).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar