Elitnesia.id| Opini,- Di Nanggroe Siritoh, ada banyak sekali kisah unik dan menarik. Mulai dari kondisi nagari, sosial, politik, ulama dan Umara bahkan sampai masyarakat sekalipun menjadi hal yang menarik untuk di bincangkan.
2024 merupakan tahun politik yang panas di Nanggroe Siritoh, pemilihan legislatif sudah selesai masyarakat Nanggroe Siritoh sedang ber siap- siap untuk pemilihan kepala daerah. Ada banyak sekali baliho dan spanduk tentang Bacalon, yang pada akhirnya mereka pun mengundurkan diri dengan berbagai macam alasan yang tidak jelas.
Yang lebih parahnya lagi, ada yang mengganti baliho sampai 2x dengan slogan yang berbeda. Hingga masyarakat pun menilai bahwa calon tersebut plin- plan dan tidak cocok sebagai seorang pemimpin. Lebih tepatnya beliau tidak punya prinsip dan remotenya masih dipegang orang lain. Dan karakter seperti ini memang sama sekali tidak pantas menduduki jabatan apapun di dalam pemerintahan Nanggroe Siritoh karena kata konsisten tidak pernah ada pada sosok satu ini.
Kisah yang unik dan menggelitik sempat terjadi di Nanggroe Siritoh kala pemilihan legislatif yang lalu. Seorang Caleg sebut saja Do Gari, adalah seorang caleg yang terkenal pelit dan licik. Beliau ahli siasat dan bahkan konon sang Paduka di Nanggroe Siritoh pun bisa di atur olehnya. Do Gari pernah tenar pada masanya, beliau merupakan alumni Gunong Goh.
Pada pemilihan legislatif periode yang lalu, Do Gari gagal masuk perlemen Nanggroe Siritoh sehingga Do Gari pun melakukan siasat money politik untuk mencari kursi empuk di parlemen Nanggroe Siritoh. Do Gari optimis bahwa beliau akan memang, walaupun Sang Paduka yang mengusung beliau tidak suka akan money politik, karena money politik telah membuat Paduka gagal menjadi orang nomor satu di Nanggroe Siritoh. Segala upaya pun Paduka lakukan, walaupun pada akhirnya beliau tetap tidak bisa memenangkan tuntutannya.
Namun apa hendak di kata, untung tak bisa di raih, malang tak bisa di tolak, Do Gari tetap gagal masuk parlemen. Dan karena hal ini, Do Gari pun berang, amarahnya langsung tertuju pada tim hore-horenya. tidak hanya di lingkup inti, kemarahan Do Gari sampai ke gampong- di wilayah Nanggroe siritoh, Orang kepercayaan yang tidak dapat di percaya pun di utus untuk menyelidiki kasus tersebut. Gerakan tim taktis Do Gari masuk ke Gampong, penyelidikan pun di mulai, mereka masuk sampai ke pelosok duson dan Jurong.
Hingga penyelidikan selesai, tim Do Gari menemukan fakta yang mengejutkan, ternyata tim hore Gampong memang memainkan peranan dengan baik. Mereka membagikan semua uang kepada masyarakat, tapi apa hendak di kata, masyarakat memang tidak menyukai Do Gari dan hanya menikmati uang nya saja. Kali Nyoe, peng kucok, urueng Hana ku pilih, nyan si Do gari kriet matee, bah ku peulaku si gam nyan. Kata salah satu warga.
Do Gari yang semakin meradang pun tidak bisa menahan diri, senandika memuncak.
Tim Hore pun menjadi sasaran empuk Do Gari, Do Gari turun langsung ke lapangan di setiap sudut Gampong. Hingga Do Gari mencaci maki tim Hore nya satu per satu. Dia kehilangan rasa malu, layak nya orang gila yang tidak ber moral, Do Gari menelanjangi dirinya di depan khalayak ramai. Padahal di Nanggroe Siritoh, ada banyak sekali caleg yang gagal dan rugi karena menghamburkan uang demi sebuah kursi, bahkan lebih banyak dari Do Gari, tetapi moral dan etika mereka tetap di ke depankan. Mereka tidak kehilangan akal sehat karena bagi mereka, ini adalah sebuah resiko yang sudah di perhitungkan sebelumnya.
Do Gari, ibarat seorang yang telanjang di depan umum. Dia meminta kembali semua uang yang sudah di setor kepada tim Hore gampong. Do Gari mengintimidasi dan mengancam semua Tim Hore, konon yang lebih parahnya lagi uang yang di setor dalam jumlah kecil, tiba-tiba menjadi besar, membuat shock dan timbul kemarahan balik dari tim hore.
Salah satu Gampong mengaku di setor sebanyak 20.000, tetapi Do Gari mengatakan kepada Paduka dan semua orang yang di kenalnya bahwa dia menyetor 40.000.
Bahkan yang 30.000 menjadi 80.000,
Dia mencari simpati dari orang- orang sekitarnya dengan cara menjatuhkan tim hore yang sudah mengangkat nama Do Gari.
Air susu di balas dengan air tuba. Inilah kegagalan dan ketelanjangan sebenarnya yang sedang di pertontonkan oleh Do Gari.
Politik Cok laba walaupun rugi ternyata sangat ampuh. Do Gari memang aktor yang hebat, berkat aktingnya dia berhasil meyakinkan Paduka bahwa dia adalah korban. Paduka pun percaya dan mendukung Do Gari hingga Paduka ikut berang kepada Tim Hore gampong. Paduka menjadi lupa akan kekalahannya dahulu adalah akibat hal yang sama seperti yang di lakukan oleh Do Gari sekarang.
Walaupun pengaruh sebenarnya dari Do Gari tidak seberapa, tetapi Do Gari bisa mempengaruhi Paduka yang punya pengaruh yang sangat luas. Do Gari gagal dalam parlemen, tapi Do Gari berhasil merebut hati Paduka.
Etika dan hukum sudah mulai kabur dalam pikirannya, karena Do Gari tidak terikat oleh moral dan hukum. Ibarat sebuah tayangan televisi, Do Gari hanya mengejar rating, walaupun dengan cara mengorbankan nama Tim ahli, nama paduka dan rekan-rekan seperjuangan nya. Do Gari tidak segan-segan menjatuhkan kawannya di belakang, dia pernah berkata, tidak ada orang- orang yang ber bobot yang sekarang bersama Paduka, hanya dia seorang diri yang bisa di andalkan oleh Paduka.
Tanpa sadar, Paduka ka u dalam sitoken Do Gari.
Tidak lama lagi, Nanggroe Siritoh akan mengadakan pesta Demokrasi, masyarakat Nanggroe Siritoh harus lebih cerdas dalam memilih pemimpin, jangan tergiur dengan uang seperti tahun-tahun sebelumnya. Jangan juga terpengaruh terhadap politik seperti yang Do Gari mainkan, karena begitu dia gagal, di akan meminta kembali uangnya, mencaci maki, mengancam, intimidasi dan segala hal yang tak bermoral akan dia upayakan.
Mudah-mudahan Nanggroe Siritoh terhindar dari " aktor-aktor politik telanjang" seperti Do Gari, Amiiin.
Penulis : Teuku Fajar Al farisyi
Redaksi : Ipul pedank laut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar