Elitnesia.id|Padangpanjang,- Masker N95 Inovasi Peneliti ISI Padangpanjang untuk Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Marapi. Tutur ketua Tim Peneliti Ferry Fernando, S.Sn., M.Sn tim peneliti.
Ferry menambahkan, Gunung Marapi di Sumatera Barat, sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, menjadi ancaman konstan bagi masyarakat sekitarnya. Erupsi yang kerap terjadi menghasilkan abu vulkanik yang mengandung partikel halus berbahaya bagi kesehatan pernapasan. Masker N95, yang dikenal efektif menyaring abu vulkanik, memiliki beberapa kekurangan, seperti ketersediaan yang terbatas saat bencana, harga yang relatif mahal, dan sifatnya yang tidak ramah lingkungan karena terbuat dari bahan sintetis yang sulit terurai. Tutur dosen Desain Produk tersebut.
Ketua Prodi Desain Produk Kendal Malik, S.Sn., M.Ds mengatakan, Menyadari urgensi permasalahan ini, tim peneliti dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang yang terdiri dari Ferry Fernando, S.Sn., M.Sn., Kendall Malik, S.Sn., M.Ds, dan Sasi Aulia Witri, melakukan penelitian untuk mengembangkan desain masker N95 dengan filter vulkanik berbahan alami kulit jagung. Inovasi ini bertujuan untuk memberikan solusi yang lebih terjangkau dan ramah lingkungan dalam mitigasi bencana erupsi Gunung Marapi. Tuturnya yang juga anggota peneliti.
Ferry Pernando selanjutnya menjelaskan, Kulit jagung merupakan limbah pertanian yang melimpah di Sumatera Barat. Bahan ini mudah diakses, murah, dan ramah lingkungan karena mudah terurai. Melalui penelitian ini, kami ingin memanfaatkan potensi kulit jagung sebagai material filter alternatif yang efektif untuk menyaring abu vulkanik. Paparnya.
Kendal Malik menambahkan, Proses pembuatan masker N95 ini melibatkan tiga tahapan utama. Pertama, preparasi filter kulit jagung, yang meliputi pengumpulan dan preparasi kulit jagung, serta modifikasi melalui proses delignifikasi, aktivasi kimia, dan karbonisasi untuk meningkatkan porositas dan efisiensi filtrasi. Kedua, fabrikasi masker N95, yang meliputi desain masker ergonomis berdasarkan standar NIOSH, pembuatan lapisan filter dari kulit jagung teraktivasi dan bahan non-woven, serta perakitan masker. Terakhir, pengujian, yang meliputi uji efektivitas filtrasi terhadap abu vulkanik Gunung Marapi, uji permeabilitas udara, dan uji ketahanan fisik dan kimia filter. Ucapnya.
Anggota Peneliti, Aulia Witri mengatakan, Hasil pengujian menunjukkan bahwa masker N95 dengan filter kulit jagung teraktivasi memiliki efisiensi filtrasi yang tinggi terhadap abu vulkanik, terutama untuk partikel PM2.5 dan PM10. Masker ini juga memiliki permeabilitas udara yang baik, sehingga nyaman digunakan untuk bernapas. Paparnya.
Kemudian Ferry menambahkan, Masker ini tidak hanya efektif dalam menyaring abu vulkanik, tetapi juga nyaman dan aman digunakan," tambah Ferry Fernando. "Kami berharap inovasi ini dapat menjadi alternatif yang terjangkau dan ramah lingkungan bagi masyarakat, terutama saat terjadi bencana erupsi Gunung Marapi. Tim peneliti ISI Padangpanjang berencana untuk melakukan optimasi lebih lanjut untuk meningkatkan kinerja dan daya tahan masker. Uji lapangan juga akan dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas masker dalam kondisi nyata. Ke depannya, kami berharap dapat memproduksi masker ini secara massal dan menyebarkannya kepada masyarakat. Sementara sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan masker dan cara pembuatan masker dari kulit jagung juga akan kami lakukan. Ucapnya (*/sjd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar