Foto penulis : Teuku Fajar Al - Farisyi |
Elitenesia.id| Opini - Bagi sebagian besar masyarakat Aceh, menulis dan membaca masih menjadi hal yang tabu untuk di lakukan, ini bisa kita lihat dari zaman kerajaan hingga sekarang, menulis masih menjadi sesuatu yang langka bagi masyarakat Aceh.
Spekulasi ini muncul terkait jejak-jejak tulisan sejarah yang jarang kita temukan. Jika pun ada, kebanyakan tulisan tersebut di tulis oleh orang dari luar Aceh. Contoh seperti Ibnu Batutah, penjelajah dari marocco yang menulis tentang kehebatan dan kemegahan kerajaan Samudra Pasai di bawah pimpinan Raja yang adil dan bijaksana yaitu Mahmud Malik Az-zahir atau yang lebih di kenal dengan lakab Sultan Malik At Tahir. Dan ini juga sama persis seperti yang di temukan dalam catatan Marcopolo penjelajah asal venetia (Italia). Kejayaan dan kedigdayaan Aceh bukan saja pada masa Samudra Pasai , tetapi juga di masa Kerajaan Darussalam di bawah komando Sultan Iskandar Muda. Bahkan di saat kerajaan Aceh sudah runtuh, perlawan rakyat Aceh terhadap penjajahan Belanda dan Jepang juga menjadi hal yang sangat menarik untuk di tulis.
Sama juga halnya dalam membaca, masyarakat Aceh baik Tua dan muda masih enggan melakukannya. Mereka hanya suka mendengar cerita dan menonton kisah praktis dan epic dari YouTube atau media sosial lain nya. Terbukti dengan sepi nya pustaka mulai di tingkat Dasar hingga jenjang seterusnya. Padahal pemerintah sudah mengadakan program giat membaca dan hal ini juga belum di rasa efektif.
Layaknya Mongolia.
Bangsa Mongol menguasai hampir setengah wilayah Eropa bahkan sebagian wilayah Asia. Tetapi mereka tidak pernah menulis tentang kehebatan dan kedahsyatan perang yang mereka lakukan. Sehingga terjadi sedikit pengkaburan sejarah bagi generasi-generasi Mongol.
Malah sebaliknya, negara-negara atau kerajaan bekas jajahan bangsa Mongol menulis secara lengkap dan mendetail tentang kehebatan bangsa Mongol dan apa yang di lakukan oleh pasukan Mongol terhadap mereka.
Aceh juga demikian, orang-orang Aceh terdahulu jarang sekali menulis tentang Kehidupan mereka, kejayaan dan kekuasaan yang luar biasa di bawah pemimpin Raja yang adil dan bijaksana dalam naungan Islam yang Rahmatan lil 'alamiin. Sehingga sejarah tentang kedigdayaan dan kejayaan Aceh pada masanya sangat mudah di kaburkan tanpa tulisan-tulisan dan bukti nyata peninggalan sejarah yang kemudian sengaja di hilangkan oleh pihak-pihak tertentu. Seperti kata "Mao Tse Dong": untuk menghancurkan suatu bangsa, maka kaburkan sejarah mereka.
PYM Wali NanggroeTgk Hasan Muhammad di Tiro pernah berkata dalam satu forum bersama elite GAM pada masa konflik Aceh. " Geutanyoe Aceh beu ta turi Soe droe", ( Kita orang Aceh harus mengenal siapa kita sebenarnya). Artinya di sini bukan hanya sebatas mengenal nama,ayah,ibu, kekuatan fisik dan pikiran. Tetapi lebih kepada jati diri orang Aceh sendiri yang berasal dari Indatu yang kuat,cerdas, agamis dan juga dasar Aceh sebagai sebuah Negara yang ber Daulat.
Tanpa peninggalan sejarah berupa tulisan dari orang -orang terdahulu (Indatu) dan banyaknya bukti sejarah yang sengaja di hilangkan, maka bukan tidak mungkin generasi kita selanjutnya akan bingung dengan identitas mereka sebenarnya.
Apalagi di tengah zaman teknologi yang semakin canggih, banyak anak-anak yang memanfaatkan teknologi sebagai sarana bermain game dan menonton. Handphone dan laptop mereka tidak di gunakan untuk hal-hal yang positif. Mereka malas untuk mempelajari sejarah apalagi untuk menjadi generasi yang menulis tentang sejarah. Semua ahli sejarah atau pecinta sejarah pasti tidak asing dengan buku "Aceh sepanjang Abad" buah karya H Muhammad Said. Sang penulis bukanlah orang Aceh, beliau lahir di Sumatra Utara tepatnya Labuhan Bilik.
Menurut Professor Aly Hasymi "Aceh Sepanjang Abad" adalah buku yang paling lengkap dalam mengupas sejarah Aceh dan belum ada tandingannya sampai saat ini. Buku tersebut mengupas tentang Aceh dari awal abad ke 16 sampai abad 19. Bahkan konon sang penulis mencari referensi untuk Mahakarya nya sampai ke luar Negeri dengan merogoh kocek dari kantong pribadinya. Begitu banyak referensi tentang Aceh di luar negeri dimana referensi tersebut tidak di temukan di Negeri sendiri.
Untuk mengajari anak-anak menulis sebagai pemula, ajarilah anak kita agar menulis apapun yang mereka sukai, baik tentang kegiatan hari ini,sekolah, makanan yang mereka sukai atau juga tentang hobi mereka, idealnya bagi pemula, menulis tidak lah harus tentang sejarah saja.
Juga belikan buku baru yang menarik minat baca bagi anak-anak usia dini seperti halnya cerita dongeng ini dapat merubah kebiasaan anak kita agar mereka rajin membaca, ingat kata pepatah " membaca adalah jendela dunia".
Akhir cerita, menulislah nak, tidak ada coretan mu yang sia-sia, generasi selanjutnya akan membaca coretan-coretan itu sebagai referensi dan pengetahuan baru. Menulislah nak, karena dengan menulis namamu akan terus terkenang sepanjang masa.
Penulis : Teuku Fajar Al - Farisyi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar