• Jelajahi

    Aplikasi (1) Artis (3) Covid 19 (1) Daerah (551) Hukum (85) Internasional (187) Kampus (57) Lifestyle (16) Nasional (276) Politik (74)
    Copyright © elitnesia.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Keheningan Perjuangan: Senjata yang Pulang ke Pangkuan Negeri

    18 Maret 2025, 18:49 WIB Last Updated 2025-03-18T11:49:48Z


    Elitnesia.id|Bireuen – Pagi itu, langit di Desa Hagu masih menyimpan sisa embun. Angin berbisik pelan di antara dedaunan, seakan membawa cerita dari masa lalu yang kelam. Namun, di tengah keheningan, sebuah langkah kecil penuh makna bergema—sebuah keputusan besar yang akan mengukir babak baru dalam perjalanan damai di Aceh. Selasa (18/03/2025).


    Seorang pria melangkah perlahan menuju Posko Satgas TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-123. Wajahnya tertunduk, sorot matanya menyiratkan beban yang telah lama ia pikul. Di genggamannya, bukan sekadar besi tua, melainkan saksi bisu sejarah—tentang luka, kehilangan, dan pengorbanan.


    Dalam satu gerakan penuh makna, ia menyerahkan senjata yang selama ini ia simpan. Satu pucuk SS1 V1, tiga buah magazen SS1, tiga puluh butir munisi kaliber 5,56 mm, satu pistol rakitan, satu magazen pistol dengan satu butir munisi kaliber 9 mm, serta dua granat tangan jenis nanas. Senjata yang dulu menjadi simbol perlawanan, kini berpindah tangan dalam keheningan.



    Keputusan ini tidak lahir dalam semalam. Sejak TMMD ke-123 digelar, komunikasi dibangun, kepercayaan dipupuk. Dandim 0111/Bireuen, Letkol Inf Ade Munandar, S.I.Pem., bersama timnya tak hanya membangun jalan dan rumah, tetapi juga merajut kembali hubungan dengan masyarakat. Mereka mendekati dengan hati, bukan dengan paksaan.


    Melalui pendekatan persuasif, seorang mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) akhirnya luluh. Bertahun-tahun, ia menyimpan senjata itu dengan rasa waspada—dihantui ketakutan, keraguan, dan ingatan masa lalu. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia menyimpan sesuatu yang lebih kuat: harapan.


    Harapan untuk hidup tanpa ketakutan. Harapan untuk berdamai, bukan hanya dengan lingkungannya, tetapi juga dengan dirinya sendiri.


    Ketika senjata itu berpindah tangan, suasana mendadak hening. Semua yang hadir menyadari bahwa ini bukan sekadar serah terima barang, melainkan pernyataan. Pernyataan bahwa konflik bukan lagi jawaban. Pernyataan bahwa Aceh yang baru harus dibangun dengan kepercayaan, bukan dengan senjata.


    Dandim 0111/Bireuen menerima senjata itu dengan penuh penghormatan. Ia memahami bahwa di balik keputusan ini ada keberanian besar. Ia memastikan identitas sang mantan kombatan akan dirahasiakan, keamanannya dijamin. Sebab, penyerahan ini bukan sekadar soal meletakkan senjata, tetapi juga soal menyerahkan kepercayaan.


    Senjata yang dulu menggelegar di tengah hutan kini diam dalam genggaman prajurit. Tak ada lagi suara letusan, tak ada lagi desingan peluru yang mengoyak malam. Yang tersisa hanyalah harapan—harapan akan kehidupan yang lebih baik.


    Penyerahan ini bukan akhir dari cerita, melainkan awal dari perjalanan baru. TMMD ke-123 bukan hanya tentang pembangunan fisik, tetapi juga membangun kembali rasa percaya, persaudaraan, dan masa depan yang lebih cerah bagi Aceh.


    Dan pagi itu, di bawah langit Desa Hagu yang biru, seorang pria melangkah pulang dengan hati yang lebih ringan. Bukan lagi dengan senjata di tangannya, tetapi dengan harapan yang tumbuh di dadanya.


    Redaksi ; Ipul pedank laut 

    Komentar

    Tampilkan

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini